Identitas Buku
Judul : Hidup Cuma Sekali
Ukuran : 15cm x 21cm
Tebal Buku : 150
Halaman
Pengarang :
Tim Redaksi Ditjen Informasi dan Komunikasi Publik
Penerbit : Kementrian Komunikasi dan Informatika
Tahun Terbit : 2013
Tempat Terbit : Bandung
Kejelian memotret
kehidupan remaja, menggoresnya dengan pena, keunikan pengemasan dari kisah
lika-liku kehidupan remaja sehari-hari dengan pesan kuat di dalamnya. Ya,
itulah yang dilakukan Ditjen Informasi dan Komunikasi Publik, dengan terbitan
bukunya yang berjudul “Hidup Cuma Sekali”. Dengan Tim Redaksi yang tidak
diragukan lagi kinerja, kemampuan, dan kekreativitasannya dalam menyampaikan
himbauan-himbauan pada generasi muda penerus bangsa dalam bentuk pengemasan
sebuah buku. Mekipun mungkin Ditjen Informasi dan Komunikasi Publik yang sudah
terbentuk sejak tahun 1945 dengan nama awal “Departemen Penerangan” ini,
bukanlah lembaga spesialisasi dalam menyusun buku tetapi dengan diterbitkannya
buku “Hidup Cuma Sekali” ini sudah menujukkan keterlatihan Ditjen Informasi dan
Komunikasi Publik dalam menyusun seuah buku sebagai salah satu perwujudan nyata
tugasnya dalam menyelenggarakan urusan di bidang komunikasi dan informatika. Kesederhanaan
kalimat demi kalimat yang Tim Redaksi rangkai tak sesederhana pesan yang ingin
disampaikan. Pesan-pesan yang layak untuk kita renungkan.
“Hidup Cuma Sekali”
merupakan judul yang memiliki sejuta makna. Dari segi pemilihan diksi yang
dipilih Tim Redaksi sebagai judulpun sudah mengungguli buku lain yang sejenis
seperti buku “Pencegahan dan Penanggulangan Penyalahgunaan Narkoba”, buku “Seksualitas
Remaja”, buku “Remaja Dirantai Pornografi”, dan buku-buku sejenis yang lainnya.
Pada buku sejenis yang lain, pemilihan diksi dalam segi judul cenderung kaku
sehingga kurang menarik dibandingkan judul buku “Hidup Cuma sekali”. Dari sejak
pertama kalikita membaca judulnya pun tentu kita akan merenungi bahwa memang
benar hidup cuma sekali, maka dari itu kita harus menjalani dan menghargai
hidup dengan baik, jangan sampai kelak kita memupuk banyak penyesalan di
penghujung hidup kita yang hanya sekali ini. Seperti pepatah mengatakan “You only live once. But if you do it right,
once is enough.” –Anonymos. Yang memiliki arti “Kamu hanya hidup sekali.
Tapi jika kamu melakukannya dengan benar, sekali itu cukup.”
Diagram, dakta,
gambar pendukung, table, dan tulisan-tulisan yang penuh warna akan pembaca
jumpai sepanjang membaca buku “Hidup Cuma Sekali”. Tentu hal-hal tersebut
dibuat untuk memudahkan pembaca dalam menyerap informasi dan pengetahuan dari
bacaan dalam buku ini. Dan tentu hal itu menambah nilai fungsi yaitu membuat
pembaca tidak akan bosan untuk membacanya. Meskipun buku ini dibuat sebagai
buku informasi dan pengetahuan tetapi buku ini tidak memiliki kesan menggurui.
Penyajian uinformasi dan statistik yang dikemas dalam model grafik, tidak hanya
sekedar tulisan membuat bukui ini memiliki nilai plus dibandingkan buku lain
yang sejenis yang bisaanya hanya berisikan tulisan-tulisan yang tentu kurang
menarik dan kurang diminati remaja.
Buku “Hidup Cuma
Sekali” yang diluncurkan Kementrian Komunikasi dan Informatika pada tahun 2013
ini ditujukan untuk menyebarkan informasi tentang bahaya pornografi,
perdagangan manusia, narkoba, dan HIV/AIDS kepada para pelajar, mahasiswa, dan
segenap generasi muda umumnya. “Hidup Cuma Sekali” yang disusun Tim Redaksi
Ditjen Informasi dan Komunikasi Publik ini,
menceritakan tentang penyalahgunaan narkoba dan bagaimana penyebarannya
di Indonesia. Sudah bukan rahasia umum lagi banyak artikel maupun media massa
yang memberitakan bahwa setiap tahun terjadi peningkatan 2,2% pada tingkat
nasional. “Hidup Cuma Sekali” mengangkat berbagai macam dampak negative akibat
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi saat ini. Buku ini sengaja dipersiapkan
dengan menggunakan bahasa remaja karena mengingat sasaran tujuan penyebaran
informasi ini adalah generasi muda.
Di Jawa Barat yang
penduduknya diperkirakan terbesar diantara provinsi lain, peningkatan HIV/AIDS mencapai 2,5% atau diatas rata-rata nasional.
Dampak lainnya anak-anak dan ibu-ibu yang tidak tahu persoalan bisa tertular
HIV/AIDS. Penyakit ini bisa menular karena dampak penggunaan narkoba. Tetapi, bisa
juga terjadi akibat penggunaan lainnya.
Dalam hidup selalu ada ketidakpastian, bisa saja cita-cita kandas di tengah jalan secara tiba-tiba. Dalam menghadapi ketidakpastian tersebut, ilmu pengetahuan menghadapi tantangan dan jebakan hidup lebih berharga daripada harta benda. Melalui buku “Hidup Cuma Sekali”, diharapkan bisa menjadi modal pengetahuan bagi generasi muda untuk tidak terjebak pada hal negative sebagai dampak teknologi dan informatika yang pada mulanya diciptakan untuk memudahkan dan mensejahterakan kehidupan umat manusia. -Kintan Utari J.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar